Profil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Kalangan pesantren di seluruh Indonesia bisa jadi mengenal sosok Mang Haji Fuad Affandi, Kyai Pondok Pesantren Al ittifaq Ciwidey Bandung. Sang Kyai ini nyentrik dan unik. Janggut tergerai panjang, bicara ceplas ceplos namun mempunyai kepedulian luar biasa pada santri dhuafa dan warga sekitar ponpes. Banyak orang mengenalnya dengan Kyai agrobisnis dengan tarekat sayuriah. Maklumlah, sebagai guru mengaji ilmu agama, mang Haji merupakan orang yang bergelut spenuhnya dalam dunia sayur mayur hasil pertanian santri dan warga sekitar.

KH. Fuad Afandi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq

 
Di pondok pesantrennya, terdapat dua macam santri. Ada yang santri berbayar, dan ada santri gratisan.
 
Santri gratisan inilah yang lalu menjadi santri binaan ponpes yang dibiayai sepenuhnya oleh pesantren. Menjadi luar biasa karena para santri selain belajar agama juga belajar bagaimana beragrobisnis.

Lokasi pondok pesantren Al Ittifaq yang dikelola Mang Haji sendiri berada di Desa Ciburial Ciwidey Bandung. Sebagai pondok yang berdiri di dataran tinggi dan sebagian besar warga daerah ponpes adalah petani, Mang Haji lalu berfikir bagaimana caranya agar pondok bisa membiayai santri dan memakmurkan warga sekitarnya ?
 
Mang Haji adalah seorang sederhana yang selalu berfikir bagaimana mengembangkan pesantren agar produktif dan bisa membantu kaum dhuafa dan anak yatim menuntut ilmu di sini. Hal yang juga dianggap penting oleh Mang Haji adalah bagaimana para santri ini bisa menghadapi hidup dengan sikap produktif dan bisa menghargai segala sesuatu yang Allah telah berikan.
 
Saking uniknya, dan sikap selalu menganggap tidak ada sesuatupun ciptaanNya yang bisa dibuang, Mang Haji pernah membuat pupuk yang dioleh dengan air liur santri. Jangan bingung dulu, dalam bayangan Mang Haji, air liur dalam tubuh saja bisa menghancurkan makanan sedemikian rupa, apalagi jika air liur itu dimanfaatkan untuk menghancurkan pupuk kompos yang biasa dibuat santri.

Percobaanpun dimulai. Pagi itu, semua santri mengumpulkan air liurnya lalu diolah dengan pupuk organik buatan santri. Walhasil, pupuk cepat membusuk dan bisa digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian.
 
Dari hasil pertanian yang dikelola santri, akhirnya ponpes mengelola beberapa kelompok tani yang juga dibantu berbagai instansi baik swasta ataupun pemerintah. Mang Haji adalah orang yang fleksibel dan mau belajar. Berbagai instansi pemerintah dan swasta yang kira-kira bisa membantu perkembangan agrobisnisnya dihubungi. Maka dari itu, berbagai bantuan baik program pelatihan, bantuan barang, mesin, pupuk, dan sebagainya diperoleh oleh ponpes ini. Mang Haji menggandeng warga sekitar dengan memberikan fasilitas yang sama. Termasuk di dalamnya proses pemasaran.

Ponpes lalu mendirikan koperasi. Pemasaran hasil pertanian santri dan warga sekitar yang dikelola kelompok tani ini disalurkan oleh koperasi ke supermarket-supermarket dan pasar tradisional, sisanya dikonsumsi oleh santri dan warga sendiri. Ketika saya berkunjung ke pesantren ini, saya menyaksikan para santri yang bersahaja sedang memilah hasil pertanian. Ternyata pemilahan ini menggunakan sistem grade. Sebut saja grade 1, 2 dan 3. Grade 1 untuk sayur mayur yang tergolong sangat baik dan akan masuk ke super market. Grade 2 akan masuk ke pasar tradisional, sedangkan grade 3 akan dikonsumsi sendiri.

Mang Haji lalu menjadi pahlawan yang bisa menggerakkan santri untuk belajar ilmu agama, namun juga meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. Jadi, sosok pahlawan ini telah menampilkan kesederhanaan, rasa syukur, bekerja giat, sosial entrepreuneur dan mengajarkan menjaga harga diri untuk selalu menjadi insan yang bermanfaat.

0 Response to "Profil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq"

Posting Komentar

Info Pesantren. Diberdayakan oleh Blogger.