Pondok Pesantren Istigfar - Pondok Pesantrennya Preman Tobat

Dari penjahat kemudian bertobat. Dari gali (jawa: preman) menjadi santri. Demikianlah cita-cita luhur yang diperjuangkan dan telah dibuktikan oleh Muhammad Kustanto (45). Pria yang akrab disapa Gus Tanto ini, melalui Ponpes Istighfar yang dibangunnya di Kampung Purwosari Perbalan Semarang, telah berhasil mengentaskan para penjahat dari dunia maksiat dan kemungkaran.
 
Dibawah bimbingan Gus Tanto, ratusan preman memilih kembali ke jalan yang diridhoi Allah. Yang menarik dari santri ponpes yang terletak di Jl Purwosari I No 755 D ini adalah busana serba hitam yang dipakai para santrinya, dengan sebagian laki-laki bertubuh gempal dan bertato di badannya.

Dengan bekal ilmu dan bimbingan rohani yang diberikan Gus Tanto, mereka memperoleh hidayah dan kembali ke tengah-tengah masyarakat menjadi orang bai-baik.

Mereka sebagian besar akrab bergelut dengan dunia kemaksiatan. Seperti pembunuh, maling, jambret, penjudi, preman, dan lain-lain. Rata- rata mereka berasal dari berbagai kawasan hitam di kota Semarang, antara lain kawasan Barutikung, Kebon Harjo, Kaligawe, Tambaklorok, serta kampung Purwosari Perbalan sendiri.

Bangunan ponpes terbilang unik. Patung naga menghias dinding luar. Naga melambangkan keangkaramurkaan, dan sifat ini harus dilenyapkan. “Ponpes ini didirikan sebagai salah satu ikhtiar untuk mengatasi keangkaramurkaan,” ujar Gus Tanto. Patung naga mengapit lafadz “Inna sholaati wa nusuki wamah yaaya wa mamaati Lillahi rabbil ‘aalamiin”, dimaksudkan bahwa sesungguhnya segala tindakan, hidup dan mati manusia hanya diniatkan karena Allah.

Bangunan Pondok Pesantren Istigfar

Memasuki ruangan dalam, di pintu mushola terdapat tulisan Wartel 0.42443. Wartel dimaksudkan sebagai media komunikasi antara hamba dan Sang Khaliq. Deret angka dibelakangnya dimaknai : 0 berarti sebelum berkomunikasi dengan Allah maka manusia harus mengosongkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi, sedang angka 4,2,4,4,3 adalah jumlah rakaat dari masing-masing sholat 5 waktu.

Lampu disko terletak di dalam mushola, Gus Tanto menjelaskan bahwa lampu yang memancarkan sinar warna-warni diibaratkan sebagai kehidupan dunia yang glamour, namun bila dicermati lampu tersebut bersumber pada satu warna yaitu putih. Jika melihat kehidupan dunia hanya dengan kacamata fisik, maka berakibat ‘silau dunia’.

Lantai ponpes juga sarat makna, karena tersusun dari ubin yang retak dan berwarna-warni. “Para preman yang datang ke pondok adalah orang-orang yang retak tatanan hidupnya, namun mereka masih bisa diajak kembali dan hidup lebih bermanfaat lagi jika diperbaiki dengan ditata dan dibina,” jelas Gus Tanto.

Awal mula mewujudkan ponpes Istighfar ini, jelasnya,berasal dari pengalaman hidup  yang menurutnya selalu terjajah oleh nilai-nilai kehidupan duniawi yang tak adil. Bahkan cenderung melanggar ajaran dan tuntunan Allah.

Atas kondisi ini, lantas tersirat keinginan untuk ‘membalik keadaan’ dengan membimbing dan menuntun para pelakunya ke jalan Allah. Sehingga  perlakuan tak adil dalam kehidupan duniawi ini berbalik. “Tentunya lewat jalur rohani
nilai- nilai Islam sesuai ajaran Rassulullah,” ujar Gus
Tanto.

Namun, upaya yang dirintis sejak tahun 1988 bersama rekannya Habib Ali ini  sudah pasti menemukan banyak sekali hambatan. Apalagi yang dihadapi adalah para bekas preman, penjahat, serta pelaku kejahatan lainnya.

Salah satu prinsip yang melecut semangatnya dalam membentuk ukuwah Islamiah –dengan membimbing para bekas sampah masyarakat ini-- adalah semangat yang dimiliki Rassulullah Muhammad SAW saat ditantang oleh bangsa Qurais yang kafir.

Gus Tanto Pendiri Pondok Pesantren Istigfar

“Rasul menegaskan bahwa hidup dan mati tergantung kuasa Allah SWT, dan bukan ditangan orang- orang Qurais yang ingkar kepada sang Khaliq,” tegasnya.

Kini upaya mengembalikan kesadaran ‘siapa diri mereka sebenarnya di mata Allah’  telah membuahkan hasil. Bahkan tanpa paksaan, mereka datang sendiri untuk bergabung di ponpes Istigfar.

Setiap hari para penghuni ponpes yang dulunya akrab dengan kejahatan dan dunia hitam mulai terbiasa dengan shalat lima waktu, belajar membaca dan menulis huruf Al Quran.

Termasuk kegiatan shalat tarawih dan siraman rohani yang terus diperbanyak di bulan Ramadhan ini. “Sehingga keluarga, sanak famili, serta keluarga mereka pun bangga dengan kehidupan rohani yang kini di jalani,” ujar Gus Tanto

0 Response to "Pondok Pesantren Istigfar - Pondok Pesantrennya Preman Tobat"

Posting Komentar

Info Pesantren. Diberdayakan oleh Blogger.